1. SEJARAH SINGKAT
Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan
tenaga/diambil hasilnya dengan
cara mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan
pendapatan para petani. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat
diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik
untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan
menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa.
Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan.
Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan
pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering
diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan
penguat).
2. SENTRA PAKAN TERNAK
Selama ini produksi pakan ikan alami dilakukan oleh
pengusaha pembenihan ikan/udang dalam satu unit pembenihan, atau oleh Balai
Budidaya milik Pemerintah. Sementara ini sentra produksi pakan ikan buatan
berada di Jawa.
3. JENIS
1) Hijauan Segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan
kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh
manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar
umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman
biji- bijian/jenis kacang-kacangan.
Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat
disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi,
terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh
ternak sehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak
mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang
sangat berperan dalam menghasilkan energi.
a. Rumput-rumputan
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala
(Penicum maximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria (Brachiaria
decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumput
lapangan yang tumbuh secara liar.
b. Kacang-kacangan: lamtoro (Leucaena leucocephala),
stylo (Sty-losantes guyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria
phaseoloides, Calopogonium muconoides dan jenis kacang-kacangan lain.
c. Daun-daunan: daun nangka, daun pisang, daun turi, daun
petai cina dll.
2) Jerami dan hijauan kering
Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami
dan hijauan pakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat
kasarnya lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).
3) Silase
Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam
bentuk segar biasanya berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan
rumput-rumputan.
4) Konsentrat (pakan penguat)
Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam
dan mineral.
4. MANFAAT
1) Sumber energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan
ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi
serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi
dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
a. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
b. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah
penggilingan)
c. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil
sampingannya)
d. Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam
rumput (rumput gajah, rumput benggala dan rumput setaria).
2) Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan
ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari
hewan/tanaman). Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang
terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun
pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)
b. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya
lamtoro, turi kaliandra, gamal dan sentero
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung
ikan, tepung tulang dan sebagainya).
3) Sumber vitamin dan mineral
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari
tanaman maupun hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan
konsentrasi sangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur,
pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang).
Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan
terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan
mineralnya.
Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan
mineral sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan
olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur,
Ca2PO4 dan beberapa mineral.
5. PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN/PENGOLAHAN
5.1. KebutuhanPakan
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh
kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat
bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting,
menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya
(temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor
ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.
Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian
Internasional (National Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan
ternak terhadap pakan dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak
ruminansia. Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk
menentukan kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh
bahan-bahan pakan yang sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh di
lapangan.
5.2. Konsumsi Pakan
Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan
sakit/sedang berproduksi), mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai
dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan
pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya,
konsumsi pakannya pun akan meningkat pula.
Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia
sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal
(kondisi ternak itu sendiri).
a) Temperatur Lingkungan
Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki
temperatur lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan
sedang berproduksi maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi
dan erat kaitannya dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang meliputi jenis
ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan penutup tubuh (kulit,
bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akibat pengaruh
lingkungan.
Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya,
maka akan terjadi pula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak
biasanya menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi
temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi kelebihan panas,
sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, pada temperatur
lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan karena ternak
membutuhkan tambahan panas. Pengaturan panas tubuh dan pembuangannya pada
keadaan kelebihan panas dilakukan ternak dengan cara radiasi, konduksi,
konveksi dan evaporasi.
b) Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan
pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh
bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau,
rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang
menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan
hambar daripada
asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar
bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi.
c) Selera
Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya
dengan keadaan “lapar”. Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf
(hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha mengatasi
kondisi
ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini,
kadang-kadang terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu
sendiri.
d) Status fisiologi
Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis
kelamin, kondisi tubuh (misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat
mempengaruhi konsumsi pakannya.
e) Konsentrasi Nutrisi
Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap
konsumsi pakan adalah konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan.
Konsentrasi energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya.
Makin tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan
menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi energi yang
dikandung pakan rendah.
f) Bentuk Pakan
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran
(hijauan yang dibuat pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan
seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah
dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya
dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.
g) Bobot Tubuh
Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat
konsumsi pakannya. Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi
terhadap pakan. Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman
berat badan ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan metabolis”
yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut.
Berat badan ternak dapat diketahui dengan alat timbang.
Dalam praktek di lapangan, berat badan ternak dapat diukur dengan cara mengukur
panjang badan dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan
menggunakan formula:
Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada2 (inci)
/ 661
Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan
cara meningkatkan berat badan dengan nilai 0,75
Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75
h) Produksi
Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan
berat badan (ternak potong), air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja)
atau kulit dan bulu/wol. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula
kebutuhannya terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi (disediakan)
lebih rendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat badannya
(terutama selama masa puncak produksi) di samping performansi produksinya tidak
optimal.
5.3. KandunganNutrisi PakanTernak
Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja
kita berikan kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung
unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada
jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan
mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam
bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat
dan vitamin. Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan
sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan
berproduksi secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui
proses analisis terhadap bahan pakan yang dilakukan di laboratorium. Analisis
itu dikenal dengan istilah “analisis proksimat”.
5.4. Peralatan Pembuatan Pakan Ternak
1) Macam-Macam Silo
Silo dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk tergantung
pada lokasi, kapasitas, bahan yang digunakan dan luas areal yang tersedia.
Beberapa silo yang sudah dikenal adalah:
a. Pit Silo: silo yang dirancang berbentuk silindris
(seperti sumur) dan di bangun di dalam tanah.
b. Trech Silo: silo yang dibangun berupa parit dengan
struktur membentuk huruf V.
c. Fench Silo: silo yang bentuknya menyerupai pagar atau
sekat yang terbuat dari bambu atau kayu.
d. Tower Silo: silo yang dirancang membentuk sebuah
menara menjulang ke atas yang bagian atasnya tertutup rapat.
e. Box Silo: silo yang rancangannya berbentuk seperti
kotak.
2) Cara Memformulasi Pakan
Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu
menggunakan Tabel Patokan Kebutuhan Nutrisi. Sebagai contoh kebutuhan nutrisi
dalam penyusunan ransum bagi sapi perah adalah sebagai berikut :
Sapi perah betina muda berat 350 kg, satu setengah bulan
menjelang beranak(melahirkan pada umur 36 bulan), membutuhkan pakan dengan
kandungan nutrisi sebagai berikut:
a. Kebutuhan hidup pokok dan reproduksi: Bahan Kering=6,4
Kg, ME=13
Mcal, Protein=570 gram, mineral=37 kg.
b. Laktasi I: Bahan Kering=1,0 Kg, ME=2,02 Mcal,
Protein=93,6 gram, Mineral=5 kg.
c. Sehingga jumlah Bahan Kering=7,4 kg, ME=15,02 kg,
Protein=663,6
gram, Mineral=42 gram.
Dari kebutuhan nutrisi tersebut, kebutuhan pakannya dapat
diformulasikan dengan suatu metode. Misalnya bahan-bahan pakan yang tersedia
adalah:
a. Rumput gajah: Bahan Kering=16%, ME=0,33 Mcal,
Protein=1,8
gram%BK, Mineral=2,5 gram%BK
b. Rumput Kedele: Bahan Kering=93,5%, ME=3,44 Mcal,
Protein=44,9
gram%BK, Mineral=6,3 gram%BK
c. Bungkil kelapa: Bahan Kering=86%, ME=2,86 Mcal,
Protein=18,6
gram%BK, Mineral=5,5 gram%BK
Rumput gajah akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
bahan kering sebanyak 80%= 80/100X7,4 kg = 5,92 kg BK.
Maka kandungan protein yang sudah dapat dipenuhi rumput
adalah:
sebanyak = 1,8/100 X 5,92 kg = 106,56 gram protein.
Kekurangan:
Bahan kering = 7,4 - 5,92 kg = 1,48 kg
Protein = (663,6 - 106,56) gram = 557,04 kg atau
557,04/1480 X 100% =
37,64%.
Bungkil kedelai akan memenuhi kekurangan tersebut
sejumlah: 19,04/26,3 X
1,48 kg = 1,07 kg BK.
Bungkil kelapa akan memenuhi kekurangan tersebut
sejumlah: 7,26/26,3 X
1,48 kg = 0,41 kg BK.
Jadi, jumlah bahan pakan segar yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan ternak dengan kondisi tersebut di atas adalah:
Rumput gajah = 5,92 X 100/16 kg = 37 kg Bungkil kedelai =
1,07 X 100/93,5 kg = 1,14 kg Bungkil kelapa = 0,41 X 100/86 kg = 0,48 kg.
3) Teknologi Pakan
Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan
pengolahan bahan pakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi,
meningkatkan daya cerna dan memperpanjang masa simpan. Sering juga dilakukan
dengan tujuan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang berguna menjadi
produk yang berdaya guna.
Pengolahan bahan pakan yang dilakukan secara fisik
(pemotongan rumput sebelum diberikan pada ternak) akan memberi kemudahan bagi
ternak yang mengkonsumsinya. Pengolahan secara kimiawi (dengan menambah
beberapa bahan kimia pada bahan pakan agar dinding sel tanaman yang semula
berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehingga memudahkan mikroba yang
hidup di dalam rumen untuk mencernanya.
Banyak teknik pengolahan telah dilakukan di negara-negara
beriklim sub- tropis dan tropis, akan tetapi sering menyebabkan pakan menjadi
tidak ekonomis dan masih memerlukan teknik-teknik untuk memodifikasinya,
terutama dalam penerapannya di tingkat peternak.
Beberapa teknik pengolahan bahan pakan yang mudah dilakukan
di lapangan adalah:
a) Pembuatan Hay
Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumput-
rumputan/leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering berkadar air:
20-30%.
Pembuatan Hay bertujuan untuk menyeragamkan waktu panen
agar tidak mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang
seragam akan memilik daya cerna yang lebih tinggi. Tujuan khusus pembuatan Hay
adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen yang berlebihan) dapat disimpan
untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam
mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.
Ada 2 metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu:
1) Metode Hamparan
Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara
meghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar
matahari. Setiap hari hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat
dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda: warna
kecoklat-coklatan).
2) Metode Pod
Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat
menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air ±
50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat
menjelang
berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan
kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak
berwarna “gosong”) yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.
b) Pembuatan Silase
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan
(rumput-rumputan atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami
proses ensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim
kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak mungkin dilakukan.
Prinsip utama pembuatan silase:
1. menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.
2. mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui
proses fermentasi kedap udara.
3. menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.
Pembuatan silase pada temperatur 27-35 derajat C.,
menghasilkan kualitas yang sangat baik. Hal tersebut dapat diketahui secara
organoleptik, yakni:
1. mempunyai tekstur segar
2. berwarna kehijau-hijauan
3. tidak berbau
4. disukai ternak
5. tidak berjamur
6. tidak menggumpal
Beberapa metode dalam pembuatan silase:
1. Metode Pemotongan
- Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm
- Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik
- Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)
- Tutup dengan plastik dan tanah
2. Metode Pencampuran
Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan
(bertujuan untuk mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri
pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan. Bahan campuran dapat
berupa: asam-asam organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida, asam
propionat), molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok dengan dosis per
ton hijauan sebagai berikut:
- asam organik: 4-6kg
- molases/tetes: 40kg
- garam : 30kg
- dedak padi: 40kg
- menir: 35kg
- onggok: 30kg
Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara
merata ke seluruh hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakan molases/tetes
lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2 bagian pada tumpukan hijauan di
lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian pada lapisan atas agar
terjadi pencampuran yang merata.
3. Metode Pelayuan
- Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan
kering
40% - 50%.
- Lakukan seperti metode pemotongan c) Amoniasi
Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan
limbah pertanian (jerami) dengan penambahan bahan kimia: kaustik soda (NaOH),
sodium hidroksida (KOH) atau urea (CO(NH2) 2.
Proses amoniasi dapat menggunakan urea sebagai bahan
kimia agar biayanya murah serta untuk menghindari polusi. Jumlah urea yang
diperlukan dalam proses amoniasi: 4 kg/100 kg jerami. Bahan lain yang
ditambahkan yaitu : air sebagai pelarut (1 liter air/1 kg jerami).
d) Pakan Pemacu
Merupakan sejenis pakan yang berperan sebagai pemacu
pertumbuhan dan peningkatan populasi mikroba di dalam rumen, sehingga dapat
merangsang penambahan jumlah konsumsi serat kasar yang akan meningkatkan
produksi.
Molases sebagai bahan dasar pakan pemacu merupakan bahan
pakan yang dapat difermentasi dan mengandung beberapa mineral penting. Dapat
memperbaiki formula menjadi lebih kompak, mengandung energi cukup tinggi
sehingga dapat meningkatkan palatabilitas serta citarasa.
Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat
difermentasi. Setiap kilogram urea mempunyai nilai yang setara dengan 2,88 kg
protein kasar (6,25X46%). Dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif
terhadap peningkatan konsumsi serat kasar dan daya cerna.
1. Proses Pembuatan
Dilakukan dalam suasana hangat dan bertahap :
- Molases (29% dari total formula) dipanaskan pada suhu ±
50 derajat
C.
- Buat campuran I (tapioka 16%, dedak padi 18%, bungkil
kedelai
13%).
- Buat campuran II (urea: 5%, kapur 4%, garam 9%).
- Buat campuran III (tepung tulang 5% dan mineral 1%).
- Buat campuran IV dari campuran I, II, III yang diaduk
merata.
- Masukkan campuran IV sedikit sedikit ke dalam molases,
diaduk hingga merata (±15 menit).
- Masukkan dalam mangkok/cetakan kayu beralas plastik dan
padatkan.
- Simpan di tempat teduh dan kering.
2. Kualitas Nutrisi
Hasil analisis proksimat, pakan pamacu yang dibuat dengan
formulasi tersebut mempunyai nilai nutrisi sebagai berikut: Energi 1856 Kcal,
protein 24%, kalsium 2,83% dan fosfor 0,5%.
3. Jumlah dan Metode Pemberian
Pemberian pakan pamacu dapat meningkatkan konsentrasi
amonia dalam rumen dari (60-100) mgr/liter menjadi 150-250 mgr/liter. Jumlah
pemberian pakan pemacu disesuaikan dengan jenis dan berat badan ternak. Untuk
ternak ruminansia kecil (domba/kambing) maksimum 4 gram untuk setiap berat
badan. Untuk ternak ruminansia besar (sapi) 2 gram untuk setiap berat badan dan
3,8 gram untuk kerbau. Pemberian pakan pemacu sangat cocok bagi ternak
ruminansia yang digembalakan dan diberi sisa tanaman pangan seperti jerami atau
bahan pakan berkadar protein rendah.
e) Pakan Penguat
Pakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti
tepung adalah sejenis pakan komplet yang dibuat khusus untuk meningkatkan
produksi dan berperan sebagai penguat. Mudah dicerna, karena terbuat dari
campuran beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis
bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan pakan penguat:
1. Ketersediaan Harga Satuan Bahan Pakan
Beberapa bahan pakan mudah diperoleh di suatu daerah,
dengan harga bervariasi, sedang di beberapa daerah lain sulit didapat. Harga
perunit bahan pakan sangat berbeda antara satu daerah dan daerah lain, sehingga
keseragaman harga per unit nutrisi (bukan harga per unit berat) perlu dihitung
terlebih dahulu.
2. Standar kualitas Pakan Penguat
Kualitas pakan penguat dinyatakan dengan nilai nutrisi
yang dikandungnya terutama kandungan energi dan potein. Sebagai pedoman, setiap
Kg pakan penguat harus mengandung minimal 2500
Kcal energi dan 17% protein, serat kasar 12%.
3. Metode dan Teknik Pembuatan
Metode formulasi untuk pakan penguat adalah metode
simultan, metode segiempat bertingkat, metode aljabar, metode konstan kontrol,
metode ekuasi atau metode grafik.
4. Prosedur Memformulasi
Þ Buat
daftar bahan pakan yang akan digunakan, kandungan nutrisinya (energi, potein),
harga per unit berat, harga per unit energi dan harga per unit protein.
Þ Tentukan
standar kualitas nutrisi pakan penguat yang akan dibuat.
Þ Memformulasi,
dilakukan pada form formulasi.
Þ Tentukan
sebanyak 2% (pada kolom %) bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral.
Þ Tentukan
sebanyak 30% bahan pakan yang mempunyai kandungan energi lebih tinggi daripada
kandungan energi pakan penguat, tetapi harga per unit energinya yang paling
murah (dapat digunakan lebih dari 1 macam bahan pakan).
- Tentukan sebanyak 18% bahan pakan yang mempunyai
kandungan protein lebih tinggi daripada kandungan protein pakan penguat, tetapi
harga per unit proteinnya paling murah.
- Jumlahkan (% bahan, Kcal energi, % protein dan
harganya), maka
50% formula sudah diperoleh.
- Lakukan pengecekan kualitas dengan membandingkan
kualitas nutrisi %0% formula dengan kualitas nutrisi 50% pakan penguat.
6. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
Pakan mengambil 70% dari total biaya produksi peternakan,
sehingga tetap menjadi aktual untuk dijadikan suatu bisnis yang sangat cerah.
Salah satu yang memungkinkan proses agroindutri yang akan menjadi peluang
bisnis yang bagus yaitu mewujudkan industri pakan blok. Selain dari pada itu
telah banyak dilakukan penelitian terapan dibidang pakan blok yang sangat
mungkin dikembangkan.
No comments:
Post a Comment