Dalam
kondisi dan syarat tertentu, embrio yang terdapat pada seekor sapi yang
bunting dapat diambil dan dipindahkan/ditransfer ke sapi lain…. Inilah
pengertian sederhana dari embrio transfer.
Pembaca
pasti tidak asing dengan kata “bayi tabung”, yang semakin terkenal
ketika seorang penyanyi dangdut Indonesia menginginkan anak dengan
menjalani program tersebut. Ya, bayi tabung adalah istilah yang umum
digunakan ketika kita membicarakan pembuahan yang dilakukan diluar tubuh
(in vitro).
Pada dasarnya, proses pembuahan atau dalam istilah teknisnya dikenal dengan fertilisasi, lazimnya terjadi didalam tubuh (in vivo), semua jenis ternak mamalia mengalaminya, akan tetapi, fertilisasi juga dapat terjadi diluar tubuh (in vitro), misalnya pada katak dan ikan. Istilah fertilisasi itu sendiri dimaksudkan adalah proses bersatunya sel benih jantan dan sel benih betina sehingga memunculkan zygot, sebagai individu yang baru.
Muncul pertanyaan, bagaimana embrio yang ada pada seekor sapi dapat dipidahkan ke sapi lain, dan bagaimana pula dapat dilakukan fertilisasi diluar tubuh, padahal seharusnya sapi mengalami fertilisasi didalam tubuh? Berikut kita simak penjelasan sederhananya:
Produksi embrio
Produksi embrio terdiri dari 2 cara yaitu produksi embrio in vivo dan produksi embrio in vitro.
a. Produksi embrio in vivo dilakukan dengan cara mengambil atau memanen embrio yang terdapat didalam uterus (rahim) sapi betina donor (penghasil embrio), kemudian dipindahkan pada sapi betina yang lain (betina resipien) atau untuk disimpan dalam keadaan beku (freeze embryo).
Untuk memperbanyak embrio yang dipanen, maka pada sapi-sapi betina donor biasanya dilakukan teknik superovulasi, yaitu
suatu perlakuan menggunakan hormon untuk memperoleh lebih banyak sel
telur (ovum) pada setiap periode tertentu. Sehingga dengan demikian,
seekor betina donor yang telah di-superovulasi dan kemudian dilakukan inseminasi (memasukkan sel benih jantan pada uterus menggunakan alat tertentu), akan menghasilkan banyak embrio untuk dipanen.
Embrio-embrio tersebut kemudian dipanen (flushing) 2 hari setelah superovulasi dan inseminasi (tampak pada gambar). Hasil panen kemudian dilakukan evaluasi kualitas embrio (grading), setelah itu hasilnya dapat disimpan beku atau ditransfer pada betina lain.
b. Produksi embrio in vitro dilakukan dengan cara melakukan fertilisasi antara sel benih jantan (spermatozoa) dengan sel benih betina (ovum) dalam laboratorium, sehingga disebut pembuahan diluar tubuh.
Salah
satu alat yang digunakan untuk proses ini adalah cawan petri atau
tabung khusus, karena itu hasil pembuahan seperti ini oleh kalangan awam
disebut “bayi tabung”. Bagaimana memperoleh sel telur untuk dibuahi
dalam tabung di laboratorium? Jawabannya adalah dengan cara mengambil
sel-sel telur yang terdapat pada indung telur (ovarium) sapi-sapi betina yang telah dipotong di rumah potong hewan.
Setelah
diperoleh banyak sel telur, kemudian dilakukan pencucian dengan larutan
khusus, selanjutnya dilakukan pemilihan sel telur yang masih baik dan
ditempatkan dalam cawan petri. Pembuahan akan berlangsung jika pada
cawan yang berisi sel-sel telur tadi ditempatkan sel benih jantan
(spermatozoa yang masih hidup).
Fertilisasi
sempurna akan berlangsung sekitar 22 jam. Hasil fertilisasi kemudian
ditumbuhkembangkan dalam media khusus dan diamati pembelahan sel-nya
hingga hari ke 6-8 atau pada saat terbentuknya blastocyst. Kemudian dilakukan evaluasi embrio dengan melaksanakan grading. Embrio yang memiliki kualitas A dan B kemudian dibekuan, untuk disimpan dalam waktu yang lama.
Transfer embrio
Setelah
kita mengetahui bagaimana embrio diproduksi, tentu akan memunculkan
pertanyaan, bagaimana embrio tersebut bisa di-transfer? Bagaimana
tingkat keberhasilannya?
Pada
dasarnya, embrio dapat hidup ditempat yang memenuhi syarat
kehidupannya. Embrio yang sedang tumbuh membutuhkan sulplai makanan dari
dirinya sendiri selama beberapa waktu, kemudian akan tergantung pada
sekelilingnya, dalam hal ini tergantung pada rahim tempatnya berkembang.
Analogi
yang dapat diilustrasikan untuk menggambarkan bagaimana sebuah embrio
dipindahkan dari satu rahim ke rahim yang lain adalah: ibarat kita ingin
memindahkan bibit padi yang baru tumbuh dari tempat pembibitan menuju
sawah, maka sawah harus terlebih dahulu diolah sedemikian rupa sehingga
nyaman untuk tempat berkembangnya bibit.
Demikian
pula ketika akan dilakukan transfer embrio, para ahli harus
mengupayakan rahim calon induk memiliki kondisi yang sama dengan kondisi
rahim yang menghasilkan embrio, atau menyiapkan kondisi rahim induk
untuk dapat memelihara embrio yang akan diterimanya. Perlakuan yang
disiapkan untuk induk calon penerima embrio tentu harus esktra
hati-hati, Pemberian hormon reproduksi dengan dosis dan waktu yang
tertentu, pakan yang berkualitas baik serta manajemen pemeliharaan calon
induk, mutlak harus dilakukan untuk memperoleh kondisi rahim yang baik
dan siap menerima embrio dari luar.
Setelah
melalui serangkaian pemeriksaan yang teliti, kondisi rahim calon induk
dinyatakan siap untuk menerima embrio, barulah dilakukan pemindahan
(transfer) embrio kedalam rahim tersebut.
Program
yang sedang dikembangkan dan menghasilkan perolehan cukup baik adalah
kombinasi antara inseminasi buatan (IB) dengan transfer embrio (TE).
Dengan kombinasi ini akan diperoleh kelahiran kembar (satu anak hasil IB
dan satu anak lagi yang berasal dari TE). Pada prinsipnya, seekor induk
yang mengalami puncak birahi, dilakukan inseminasi seperti pada
umumnya, kemudian hari ke-7 setelah inseminasi dilakukan TE tanpa perlu
perlakuan khusus
No comments:
Post a Comment